Monday, September 8, 2008

malam nujuhlikur: kenangan puasa di Bengkulu

Temans, pernah dengar kata 'nuju(h)likur'? 
Memasuki minggu kedua bulan puasa 2008 ini, aku pengen menuliskan ttg pengalaman puasa sewaktu masih di Bengkulu. Sudah lebih dari 10 tahun sejak aku terakhir menghabiskan bulan puasa penuh di Bengkulu (kalo tdk salah, terakhir itu 1996). Sejak 1997, kalopun sempat menikmati puasa di bengkulu paling cuma beberapa hari terakhirnya saja, lebih banyak puasa sebagai anak kost ;p

Well, banyak hal yang aku rindu dari suasana puasa di Bengkulu, terutama dari masa kecil. Mulai dari suasana rumah, makanan2-nya (tentu saja :D), acara mbangunin sahur yg seru, dan --yg tdk pernah aku temukan di tempat lain-- nuju(h)likur. 
Aku sudah coba googling ttg nuju(h)likur ini, tp tdk menemukan catatan yg bisa kujadikan acuan, jd aku menuliskan 'pengalaman' saja. 

Nuju(h)likur adalah malam ke-27 di bulan Ramadhan. Waktu kecil, aku nggak pernah kepikiran untuk nanya: kok namanya nuju(h)likur ya? (maksudku, nuju(h)likur itu sepertinya tdk termasuk kosakata asli Bengkulu, atau bahasa Manna -tempat dimana aku melaksanakan kegiatan nuju(h)likuran). Ada pengaruh budaya jawa barangkali? soalnya 'likur' itu termasuk kosakata di bahasa jawa yg menunjukkan akhiran untuk angka 20an (misal selikur=21, telulikur=23, pitulikur=27). 

Tanpa membahas asal katanya lebih jauh, aku pengen cerita ttg suasana nuju(h)likur itu sendiri. Setiap hari ke 26 puasa (malam-nya adalah malam ke 27 atau malam nuju(h)likuran), di rumah biasanya sudah disiapkan hidangan buka puasa dg jumlah yg jauh lbh banyak dari hari2 biasa. ketupat ketan dg tapai beras ketan merah (kayaknya yg ini selalu ada di nuju(h)likuran), kue2 lain seperti bolu ;p, kue talam, agar2, dll. Suasananya sdh seperti mau lebaran saja. 
Kenapa disiapkan banyak? karena sore harinya kita akan membagi2kan makanan2 itu ke tetangga (tukeran sih lebih seringnya ;p). Siang harinya anak2 banyak yg membuat semacam obor dari tumpukan tempurung kelapa (sayak: bahasa manna-nya). Dulu obor dari tumpukan tempurung kelapa inilah yg aku sebut nuju(h)likur.   
Aku lupa pastinya kapan terakhir aku bikin 'obor tempurung kelapa' ini. SMP mungkin...
Yg jelas, sejak awal puasa --kadang malah dimulai sebelum bulan puasa-- anak2 sudah mengumpulkan tempurung kelapa di rumah. ada yg memang hasil limbah dari rumah masing2, dan sering juga dulu aku dan teman2 keliling nyari tempurung kelapa ini ke tetangga2 yg membuang limbah tempurungnya. Sebagai info saja, di Bengkulu, lauk dan sayur banyak yg menggunakan santan. mungkin karena daerah kita memang kaya dg kelapa, jd mencari tempurung kelapa itu tdk sulit. 

Setelah terkumpul, bagian tengah tempurung kelapa itu dilubangi. Lalu kita menyiapkan tonggak buat obornya. biasanya kita mengambil dahan yg lurus kira2 sebesar lengan, panjangnya bisa 1 sampai 2 meter. Dahan ini ditancapkan di tanah, biasanya di halaman depan rumah, kemudian tempurung kelapa yg sudah dilubangi td disusun/ ditumpuk di tonggak dahan tsb. Tingginya 'obor' ini tergantung jumlah tempurung kelapa yg kita kumpulkan. Kalo yg punya tempurung kelapanya banyak, bisa bikin sampe beberapa 'tonggak' (dan rasanya bangga deh kalo bisa bikin banyak, or at least yg tinggi ;p) 
Sehabis tarawih, tonggak tempurung kelapa ini dibakar. di bagian paling atas tempurung kelapa, biasanya diisi abu yg disiram minyak tanah. jd dibakarnya dari atas... sambil tonggak tempurung kelapa ini nyala, anak2 biasanya berkumpul, sambil makan kue2 pembagian td sorenya, kadang saling kunjungi dg teman2 di sekitar rumah. Anak2 yg tdk bikin tonggak tempurung ini di rumahnya, biasanya keliling maen ke tempat teman2 yg bikin. 
Nggak ada 'kegiatan' khusus lainnya sih, cuma kumpul2 dg teman2, makan2, nungguin obornya padam. Aku juga tdk ingat ada makna khusus dari nuju(h)likuran ini, selain silaturahmi dg tetangga dan mungkin biar banyak terjaga di malam '27', biar banyak beribadah. Mungkin pernah diajarkan tp aku lupa :(

Yg jelas, aku kangen malam nuju(h)likuran ini. 
Aku belum pernah menemukan budaya semacam ini di tempat lain, juga tdk menemukan-nya di catatan budaya Bengkulu. 

Kalo ada teman2 yg punya info, link, atau foto, share ya ^___^ 
Wassalam, 
ade